
ULAMA Muslim Kyrgyzstan telah mengeluarkan fatwa yang melarang perayaan Tahun Baru di negeri ini. Namun pelarangan tersebut mendapat reaksi beragam dari warga.
“Tahun Baru ini bukan hari raya keagamaan,” kata Ravshan Eratov, kepala urusana Agama Islam Kyrgyz mengatakan kepada situs Al-Jazeera.
“Dan tahun baru sama sekali tidak berhubungan dengan Islam.”
Eratov menekankan bahwa umat Islam memiliki hari libur mereka sendiri yaitu Idul Fitri, yang menandai akhir bulan puasa Ramadhan, dan Idul Adha, yang menandai akhir haji serta hari Jumat yang ditandai dengan shalat shalat.
“Hanya itu hari libur dan hari raya umat islam. Sisanya sama sekali tidak Islami,” katanya menegaskan.
Perayaan Tahun Baru sendiri adalah tradisi di negara-negara republik Soviet, termasuk Kyrgyzstan.
Eratov mengatakan daripada uang dihabiskan untuk merayakan Tahun Baru, uang itu justru dapat digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat seperti membantu anak-anak yatim dan orang miskin.
Namun larangan ini menyebabkan berbagai reaksi dari warga.
“Mereka pikir warga akan makan makanan non-Muslim, atau pergi keluar ke jalan untuk menyalakan kembang api dan menyebabkan kerusakan satu sama lain,” kata Svetlana Ibrayeva, seorang guru.
“Mereka hanya melihat hal-hal buruk tentang tahun baru.
“Tapi saya pikir Anda dapat menemukan banyak hal yang baik tentang Tahun Baru dan membuat perayaan Tahun Baru sangat menyenangkan.”
Namun Muslim lainnya mengatakan mereka akan mematuhi larangan tersebut. “Tidak, jika mereka mengatakan tidak diperbolehkan menurut syariah Islam maka hal itu tidak diperbolehkan,” kata Ramil 23-tahun.
“Bahkan tidak untuk didiskusikan. Jika itu terjadi, sebaiknya kita mewajibkan Syariah,” tambahnya.
Meskipun begitu Tahun Baru tetap merupakan hari libur umum resmi di Kyrgyzstan meskipun adanya fatwa tersebut.
Muslim membentuk 75 persen dari 5-juta penduduk Kyrgyzstan. Sekitar 50.000 jiwa adalah Kristen evangelis dan banyak lainnya beragama Kristen Ortodoks.(fq/islampos/oi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar