Jumat, 20 Desember 2013

Membongkar Rekayasa Sinterklas (2-Habis)


Jumat 16 Safar 1435 / 20 December 2013 

sinterklas Membongkar Rekayasa Sinterklas (2 Habis)
PADA gilirannya, Natal telah didominasi oleh tradisi kaum kafir pagan. Terlebih muncul tokoh fiktif Santa Claus yang sejatinya adalah rekayasa Barat Kristen Liberal dengan tujuan membumikan ajaran kristiani. Tidak hanya politik, ekonomi, sosial budaya, bahkan ranah pemikiran sampai pada cara beriman serta beribadah kepada Tuhan telah menggurita.
Encyclopedia Britannica, volume 19 halaman 648-649, edisi kesebelas, mengatakan:
“St. Nicholas, bishop of Myra, a saint honored by the Greeks and Latins on the 6th of December… A legend of his surreptitious bestowal of dowries on the three daughters of an impoverished citizen…is said to have originated the old custom of giving presents in secret on the Eve of St. Nicholas [Dec. 6], subsequently transferred to Christmas day. Hence the association of Christmas with Santa Claus…”
St. Nicholas, adalah seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin setiap tanggal 6 Desember… Legenda ini berawal dari kebiasaannya yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak wanita miskin… untuk melestarikan kebiasaan lama dengan memberikan hadiah secara tersembunyi itu digabungkan ke dalam malam Natal. Akhirnya terciptalah kaitan antara hari Natal dan Santa Claus.
Herbert W Armstrong (1892-1986), Pastur Worldwide Church of God dan pendiri Ambassador College membongkar kebohongan tentang Natal dalam buku The Plain Truth About Christmas. Tulisan tentang Sinterklas ditulis secara khusus dalam sub bab Yes, And Even Santa Clause. Dia menulis,
“And so when we examine the facts, we are astonished to learn that the practices of observing Christmas is not, after all, a true Christian practice, but a pagan custom – one of the ways of Babylon our people have fallen into.”
Dari bukti-bukti nyata yang telah kita ungkap tadi dapatlah diambil kesimpulan, bahwa perayaan Natal atau Christmas itu bukanlah ajaran Kristen yang sebenarnya, melainkan kebiasaan para penyembah berhala (Paganis). Ia warisan dari kepercayaan kuno Babilonia ribuan tahun yang lampau.
Kristen Liberal ingin membentuk opini lewat penciptaan tokoh Santa Calaus bahwa Barat identik dengan kedermawanan, suka membagi-bagi hadiah dan menolong kaum tertindas.
Lantaran bangunan akidah Kristen telah lapuk, tak heran bila Kristen masih mempercayai mitologi. Jauh berbeda dengan pandangan Islam bahwa lewat dakwah Islam, mausia akan dibebaskan dari unsur magis, animisme, mitologi serta tradisi yang melenceng dari aqidah. Ajaran Islam juga membebaskan akal dari keraguan, dugaan, argumen kosong menuju keyakinan akan kebenaran mengenai realitas spiritual, akal dan materi. Islam tidak menyembah patung, berhala, arca yang bisa dihancurkan kapanpun sesuai kehendak manusia.
Pada perkembangannya, momentum Santa Claus pun juga dijadikan alat ampuh oleh para misionaris untuk menarik minat seorang anak non Nasrani pada doktrin Santa. Bahwa mereka mengkritik hegemoni Santa Claus dalan teologi, memang iya, namun tidak dapat dipungkiri gereja pun ketiban untung lewat mitologi Santa Claus. Sebab Tokoh Santa yang ‘ramah’ memang sejalan dengan misi penyebaran ajaran Kristen yang kerap memuluskan tujuannya lewat aksi amal.
Paus sendiri tidak yakin akan kebenaran Santa Claus karena pada kenyataannya lebih banyak dongeng atau khayalan yang dibuat mengenai tokoh ini. Akhirnya, pada 1970 Vatikan menghapus dan mencoret nama Sinterklas dari daftar orang-orang suci, tetapi karena banyaknya protes yang berdatangan, akhirnya Vatikan memberikan kelonggaran dan kebebasan untuk memilih apakah Santa Claus termasuk orang suci atau bukan diserahkan kepada diri masing-masing, tetapi secara resmi Santa Claus bukan termasuk orang yang dianggap suci lagi. Jadi jika orang Kristen saja ragu dengan Santa Claus, kenapa umat Islam berbondong-bondong menghiasai diri dengans seragam tokoh palus ini? Sungguh sebuah bentuk toleransi kebablasan dan salah arah. [Pz/Islampos]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar