Jumat, 01 November 2013

Bangkit Itu Susah!


Oleh Saad Saefullah — Ahad 2 Jamadilawal 1433 / 25 Maret 2012 08:03

BANGKIT itu susah. Susah melihat orang senang, senang melihat orang susah. Penyakit ini sering menghinggapi setiap orang yang selalu merasa iri dan dengki. Kaya itu susah. Susah bagi yang tidak mau berusaha, susah bagi mereka yang tidak bersukur. Penyakit ini sering menghinggapi setiap orang yang maunya meminta dan tidak mau memberi. Siapa yang berhak diberi? Siapa yang berhak memberi?
Jangan tanya apa yang telah diberi orang lain buat kita, tapi tanya apa yang telah kita berikan buat orang lain?
Masih segar dalam ingatan kita janji-jani yang diucapkan para pemimpin kita ketika PILKADA. Notabene akan memberikan kesejahteraan, menurunkan angka kemiskinan, pengobatan murah, bebas biaya pendidikan dan lain-lain tetak bengeknya. Semua terasa indah dalam khayalan, terasa tentram dalam impian. Kenyataannya, kita tidak hidup dalam dunia khayal dan dunia mimpi. Kenyataannya kita hidup dalam dunia nyata yang semuanya terasa asli tanpa muslihat. Kemisikinan merajalela ketika semua barang melonjak sementara pendapatan tidak bergerak. Sakit serasa lebih perih ketika biaya pengobatan semakin membumbung. Pendidikan hanyalah milik mereka yang mampu. Mungkin benar kesejahteraan akan meningkat, tapi hanya untuk golongan tertentu saja. Kemiskinan berkurang, pengobatan murah, pendidikan gratis tetap menjadi harapan semu. Harapan yang entah kapan akan terwujud.
Siapa yang bertanggung jawab atas derita ini? Jangan salahkan siapa, karena itu ternyata tidak menyelesaikan masalah. Memaki hanya menghabiskan energi. Meradang hanya akan membuat anarkis. Masalah yang diselesaikan dengan masalah menghasilkan Multi Level Problem yang meluas. Menjamur dan menjadi tradisi. Sebab pemimpin tidak memiliki jiwa yang merakyat dan rakyat tidak memiliki jiwa pemimpin. Menunggu kehancuran di balik jeruji besi saja tidak lah cukup, sebab masih banyak diluar sana yang menari dalam irama demokrasi materi.
Tidak ada salahnya kita memulai dari hal-hal kecil dan terdekat untuk mengurai satu persatu permasalahan ini. Banyak cara dan banyak peluang. Hanya kemauan yang tidak ada. Kemauan bersatu dalam kalimat-kalimat ilahi. Mulailah saat ini menyisihkan dana untuk yang tidak mampu. Dana yang akan terus bergulir hingga kehidupan kedua nanti. Dana pelipur lara dan pembawa sejahtera (kalau dikelola dengan benar). Mudah berkah dan terus berbuah. Shodaqoh, Infaq atau Zakat sekecil apapun akan membantu meringankan mereka yang tidak mampu. Dana dari umat untuk umat, bukan dana dari rakyat untuk pemimpin.
Lakukan itu mulai dari sekarang, dan sedikitpun kita tidak akan merugi karenanya. Kalau bukan kita lalu siapa? Karena kita tidak bisa lagi berharap dari para pemimpin yang masih bergelimang harta sementara rakyatnya menderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar