Allah
adalah nama bagi Dzat suci yang kita imani, beramal karena-Nya, dari-Nya kita
hidup, dan kepada-Nya kita kembali.
Perbincangan mengenai
Allah mencakup lima perkara :
1. Dalil-dalil wujud-Nya Allah
Subhanahu wa ta’la
2. Realisasi kalimat tauhid
3. Macam-macam tauhid
4. Kedudukan dua kalimat syahadat
5. Hal yang membatalkan tauhid
A.
Dalil-dalil wujudnya Allah Subhanahu
wa ta’la
Ketahuilah wahai ukhti…
Bahwa
wujud Allah termasuk hal mendasar yang dapat diketahui oleh manusia dengan
fitrah dan nalurinya. Wujud Allah tidak membutuhkan ilmu yang pelik dan
pemikiran yang kompleks.
Bila
tidak karena sesuatu yang sangat jelas terkadang dapat menimbulkan kesamaran,
dan dekatnya jarak justru bisa mengaburkan penglihatan, maka seorang mukmin dan
atheis tentu tidak bersilang pendapat dan berbeda pemahaman.
“ Apa ada keraguan terhadap Allah,
pencipta langit dan bumi.” (Ibrahim : 10)5
Imam
ibnu Atha’illah As-Sakandari berkata, “ Ia menyinari yang lahir dengan cahaya
ciptaan-Nya. Ia juga menyinari yang tersembunyi dangan cahaya sifat-sifatn-Nya.
Oleh karena itu, padamlah cahaya yang lahir, sedangkan cahaya hati dan yang
tersembunyi tidaklah padam. Ada bait berbunyi:
“ Sungguh surya siang terbenam kala
malam tiba sedangkan matahari hati tidaklah hilang “6
Dia
juga berkata :
“ Hanya sanya Allah terhijab karena Dia
terlalu jelas, dan tersamar dari pandangan mata karena cahaya-Nya sangat kuat “
Dalam
sebuah munajat, dia berdoa lirih, “ Ya Ilahi, bagaimana diri-Mu dicari-cari dalil wujud-Mu dengan
sesuatu yang wujudnya justru bergantung pada-Mu?! Apakah selain-Mu memiliki
penampakan yang tidak berasal dari-Mu sehingga justru dialah yang menampakkan
diri-Mu? Kapan kau tiada tampak sehingga Kau membutuhkan dalil yang menunjukkan
diri-Mu? Kapan Kau jauh sehingga jejak-jejak ciptaan-Mu dapat menjadi perantara
untuk sampai pada-Mu?
Ilahi…butalah mata yang tak melihat-Mu sebagai
pengawas. Rugilah transaksi seseorang hamba yang tidak menjadikan cinta-Mu
sebagai saham.
Ilahi…Kau perintahkan untuk kembali ke
jejak-jejak ciptaan-Mu, maka pulangkan aku padanya dengan bungkusan cahaya dan
petunjuk nurani agar aku dapat kembali kepada-Mu melalui jejak-jejak-Mu itu.
Sebagaimana aku masuk pada-Mu melalui jejak-jejak ciptaan-Mu itu, namun hatiku
terpelihara dari hanya memandangnya dan tergantung padanya. Ya Rabb,
Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Ilahi…inilah kerendahanku, jelas di hadapan-Mu.
Inilah keadaanku, tak samar bagi-Mu. Aku mohon untuk bisa sampai kepada-Mu.
Dengan-Mu aku meminta petunjuk, tunjukilah aku untuk bisa sampai pada-Mu dengan
cahaya-Mu. Tegakkanlah aku dengan penghambaan yang benar di hadapan-Mu.”7
Sungguh,
kepercayaan mengenai wujud Allah merupakan panggilan fitrah.
“ Fitrah Allah yang mana manusia
berlaku di atasnya.” (Ar-Ruum : 30)
“ Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman),’Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka
menjawab,’Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi’. (Kami lakukan yang
demikian itu) agar di Hari Kiamat kamu tidak mengatakan,’Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan).”(Al-A’raf:172)
Al-hafizh
Ibnu Katsir menafsirkan ayat di atas, “Allah memberitahukan bahwa Dia
mengeluarkan anak keturunan bani Adam dari tulang sulbi mereka, dimana mereka
bersaksi atas diri mereka bahwa Allah adalah Tuhan dan pemilik mereka, tiada
tuhan selain Dia. Allah juga menetapkan dan membiasakan mereka di atas fitrah
itu.”
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama (Allah); (Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tak ada perubahan pada fitrah Allah.” (Ar-Rum : 30)
Dalam
As-Sahihain dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah bersabda,” Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.
(Dalam sebuah riwayat,”…atas agama ini.”) Maka kedua orangtuanyalah yang
menjadikan dia Yahudi, Nasrani dan Majusi. [HR. Bukhari dan Muslim]. Sebagaimana
hewan ternak melahirkan (anak) yang sempurna fisiknya. Apakah kalian menemukan
yang cacat fisiknya ?!
Iyadh
bin Hammar ra menuturkan, Rasulullah bersabda,” Allah berfirman: ‘ Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku
dalam keadaan suci dan lurus(hanif), lalu setan mendatangi dan menghalangi
mereka dari agama mereka, serta mengharamkan apa-apa yang telah Kuhalalkan bagi
mereka. [Shahih Muslim]
Seorang
Arab Badui yang hidup di padang yang gersang, mendapat hidayah memahami wujud
Allah dengan fitrahnya dan apa yang terlihat di depan matanya. Ia mengatakan,”
Anak unta menunjukan adanya unta, dan jejak menunjukkan adanya perjalanan.
Langit dengan gugusan bintangnya dan bumi dangan keluasan hamparannya tentu
saja menunjukkan adanya Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengawasi.”
Sudah
menjadi aksioma bahwa yang ada harus ada sebab yang menjadikannya ada.
Al-Bukhari
meriwayatkan dalam Ash-Shahih bahwa Muhammad bin Jubair Muth’im dari ayahnya
berkata,” Aku mendengar Rasulullah pada shalat magrib membaca surat Ath-Thur.
Saat beliau sampai pada ayat ini,’Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun
ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Apakah mereka
menciptakan langit dan bumi ?! Bahkan mereka tidak meyakini (adanya Allah).’(Ath-Thur
:35-36) Hampir saja hatiku terbang.”
Al-Baihaqi
dalam Al-Asma wa As-Sifat(1/391) berkata,”Abu Sulaiman Al-Khaththabi berkata,’Beliau
terguncang ketika mendengar ayat ini, karena beliau meresapi maknanya dan
memahami kandungannya yang berisi hujjah yang kuat, beliau memahami ayat di
atas.”
Sesungguhnya
lingkungan yang buruk sangat berbahaya bagi fitrah, sebab ia dapat mengotori
fitrah dan meninggalkan banyak penyakit kepadanya. Tampaknya itulah rahasia
mengapa banyak manusia kemudian tidak beriman bahkan sebaliknya berbuat kufur
dan syirik, walaupun yang demikian sebenarnya bertentangan dengan logika,
aksioma dan asal penciptaan.”8
Sungguh,
lingkungan buruklah yang membuat Balqis, ratu Saba’, jauh dari keimanan kepada
Allah, sampai akhirnya ia mendapat cahaya Islam lewat Nabi Sulaiman. Allah
berfirman :
“ Dan apa yang disembahnya selama
ini selain Allah, mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena
sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.”(An-Naml:43)
Abdurrahman
As-Sa’di ketika menafsirkan ayat di atas berkata,”Dan apa yang disembahnya
selama ini selain Allah mencegahnya” dari Islam. Sebenarnya Balqis dengan
kecerdasan yang dimilikinya dapat mengetahui yang haq dari yang batil, akan
tetapi akidah yang batil mengotori nurani. “Karena sesungguhnya dia dahulunya
termasuk orang-orang yang kafir.” Maksudnya, Balqis tetap bersama agama mereka.
Tentu
saja sangat jarang terjadi, ada seorang yang menyimpang dari pemeluk suatu
agama dan adat tertentu karena berpendapat bahwa hal itu salah dan sesat.
Karenanya, tidaklah aneh bila Balqis tetap memilih jalan kekufuran. Kemudian manakala
Sulaiman ingin agar Balqis untuk memasuki tempat yang tinggi dan luas yang
terbuat dari kaca dimana mengalir air di bawahnya.”9
Setelah
menyaksikan semua keajaiban dan mengetahui kenabian dan kerasulan Sulaiman,
Balqis berkata,
“ Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
berbuat zhalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada
Allah, Tuhan semesta alam.”(An-Naml : 44)
Kesimpulannya,
akal sehat bisa membawa pada kebenaran. Semakin bertambah ilmu, akal akan
semakin dekat dan mudah mencapai kebenaran. Karena itu kita lihat para ilmuwan
dan saintis setelah era kegelapan materialisme yang menimpa mereka di akhir
abad ke-19 kembali kepada kebenaran. Saat ini mereka hampir sepakat melalui
pentolan-pentolan mereka bahwa aturan-aturan dan undang-undang yang menjadi
dasar tumbuh dan berkembangnya kehidupan (hukum alam) bermuara ke kesatuan
maksud, kehendak, pemeliharaan dan hikmah.
Akal
sehat mustahil mempercayai bahwa kehidupan ini diciptakan dan berkembang secara
kebetulan belaka. Calvin, seorang cendekiawan inggris terkenal menyatakan
keimanan ini di hadapan orang banyak. Ia mengejek orang-orang yang berpendapat
adanya kebetulan dalam penciptaan alam. Ia heran dengan sikap sebagian ilmuwan
yang mengabaikan bukti meyakinkan akan esksistensi Allah, yang berada di balik
hikmah dan keteraturan alam.
Calvin
berkata,”Akan sulit bagi seseorang untuk memikirkan awal kehidupan atau
keberlangsungannya tanpa adanya kekuatan yang mengatur. Sungguh aku yakin bahwa
sebagian cendekiawan dalam kajian-kajian filosofis tentang hewan terlalu mengabaikan
bukti yang meyakinkan di balik keteraturan alam semesta. Sesungguhnya di
sekitar kita terdapat banyak bukti yang kuat lagi meyakinkan akan adanya
keteraturan Sang Pengatur. Bukti-bukti tersebut menunjukkan kepada kita lewat
alam dengan kehendak bebas yang ada di dalamnya bahwa makhluk hidup bergantung
pada satu Pencipta yang abadi.”10
Sebenarnya
orang-orang yang berpendapat adanya kebetulan dalam penciptaan, adalah
orang-orang yang tidak berakal. Benarlah Allah ketika berfirman :
“ Binasalah manusia; alangkah amat
sangat kekafirannya? Dari apakah Allah menciptakannya ? Dari setetes mani,
Allah menciptakannya lalu menentukannya. Kemudian Dia memudahkan jalannya.
Kemudian bila Dia menghendaki, Dia membangkitkannya kembali. Sekali-kali
jangan; manusia itu belum malaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya,
maka hendaklah manusia itu memperlihatkan makanannya. Sesungguhnya Kami
benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi
dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan
sayur-sayuran, zaitun dan pohon korma, kebun-kebun yang lebat, dan buah-buahan
serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.”
(Abasa :17-32)
“Hanya Allah yang memberi taufik dan
hidayah, Wallahu a’lam bishuhab”
Penulis
: Putri Handayani binti Alarmi
Sekupang, Kamis, 26 Zulhijjah 1434 H/October 31, 2013
5 \ Lihat Al-Ghazali, Aqiqah Al-Muslim, h.14
6 \ Al-Hakim Al-‘Athoiyyah, h.22
7 \Lihat Al-Hikam Al-‘Atha’iyyah, h.
8 \Lihat Aqudat Al-Muslim, h.15
9 \ lihat Taysir Al-karim Al-Rahman, h. 605
10 \Lihat Aqidah Al-Muslim, h.24
Referensi : Be a good
Muslimah/Panduan Menjadi Wanita Shalihah
Penulis : Syaikh Sa’ad
Yusuf Abu Aziz
Penerjemah : H. Irfan Salim,
MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar